Minggu, 03 Februari 2008

Seputar Ayam Bekisar

Menguras Kocek demi Ayam Bekisar
Ayam bekisar tidak punya keturunan. Ia hanya berasal dari perkawinan ayam hutan jantan dan ayam kampung betina. Merdunya suara kokok ayam bekisar membuat banyak orang jatuh hati. Apalagi bila ditambah penampilan bulunya yang menarik. Tak heran bila akhirnya keunikan suara dan penampilan ayam hasil kawin silang antara ayam hutan dan ayam kampung ini dilombakan.
Sayang, tidak semua orang yang suka ayam bekisar mampu memeliharanya lantaran harga ayamnya yang mencapai jutaan rupiah tiap ekornya. ''Saya tidak bisa membeli yang bagus. Akhirnya beternak saja,'' kata Ismanu Ismin, seorang pecinta ayam bekisar.
Ia mengikutsertakan ayamnya pada lomba ayam bekisar dan beberapa kali berhasil meraih prestasi. Ismanu akhirnya mendapat kesempatan menjadi juri selama dua tahun. Setelah mengetahui prosedur penilaian lomba, Ismanu mengundurkan diri dari jabatannya sebagai juri lomba dan memilih menjadi peserta. ''Setelah menjadi juri saya bisa mencari ayam yang bagus,'' katanya.
Sejak itu Ismanu tercatat sebagai salah seorang pelanggan juara di berbagai lomba tingkat nasional maupun lokal. Salah satunya keberhasilannya menyabet gelar juara pertama seni suara, juara pertama kelas madya, dan juara pertama seni penampilan. Atas prestasinya itu ia berhak memperoleh piala bergilir Ibu Tien Soeharto pada kejuaraan nasional di Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jakarta, beberapa waktu lalu. ''Waktu itu saya membawa sembilan ekor ayam, tapi mendapat 12 piala,'' kata Ismanu bangga.
Bahkan, salah satu ayamnya yang bernama Bejo berhasil mengalahkan empat ekor ayam lainnya yang sebelumnya menjadi juara di kejuaraan lainnya. Ismanu mengakui setelah Bejo meraih sukses, ada beberapa pihak yang mencoba membeli Bejo dengan harga tinggi. ''Ada yang menawar Rp 25 juta. Tapi tidak saya berikan karena saya merawat dia dengan susah-payah,'' ungkap Ismanu.
Ismanu mengaku sampai kini ia hanya memiliki tiga ekor ayam bekisar dan 15 ekor lainnya milik beberapa pehobi ayam bekisar yang dititipkan kepadanya. Para pemilik ayam bekisar biasanya selalu menitipkan ayam mereka kepadanya seminggu menjelang lomba agar ayam mereka menang dalam lomba. Mereka berkeyakinan bila ayam tersebut ditangani Ismanu, maka bekisar tersebut akan berhasil membawa rejeki saat mengikuti lomba. ''Saya hanya membantu perawatan sebelum lomba,'' kata pria yang pernah menimba ilmu gurah ayam di Madura ini.
Hobi memelihara ayam bekisar diakuinya memang termasuk hobi yang mahal. Ia mencontohkan seekor ayam bekisar yang biasa meraih juara di setiap lomba, pada 1996 lalu harganya mencapai Rp 5 juta per ekor. Saat ini salah satu ekor ayam bekisar yang bernama Sayang kabarnya ditawar Rp 250 juta. Bahkan kabarnya ada seekor ayam lainnya yang ditukar dengan sebuah mobil. Pada lomba di TMII tersebut, yang diikuti sekitar 70 peserta, umumnya peserta membawa ayam bekisar kelas unggulan.
Tak punya keturunanRudy Barlian, salah seorang penggemar ayam bekisar, mengaku telah membeli lebih dari 100 ekor ayam bekisar untuk memuaskan hobinya. ''Saya suka ayam ini dari warnanya yang bagus dan tiap ayam punya irama sendiri-sendiri.''
Menurutnya, yang membuat ayam bekisar menjadi mahal adalah pencarian bibitnya yang tidak mudah. Ayam ini tidak punya keturunan. Ia hanya berasal dari ayam hutan jantan dan ayam kampung betina. Apabila ayam bekisar jantan dikawinkan dengan bekisar betina, maka hasilnya tidak akan baik untuk lomba.
Namun, menurut Rudi, ayam ini tidak sulit makannya karena cukup diberi pur, beras merah, atau jagung, bergantung selera ayam tersebut. Dalam sebulan ia hanya menghabiskan dana sekitar Rp 100 ribu untuk makanan ayam kesayangannya.
Selain sulit mencari bibit yang baik, ayam ini hanya ada di pulau Jawa, Madura, Bali, dan wilayah Lombok. Selain wilayah tersebut ayam ini sulit dijumpai. Karena itu, ayam bekisar menjadi kebanggan tersendiri bagi para pemiliknya.
Pada setiap lomba suara ayam bekisar selalu ditempatkan di sangkar khusus dan ditempatkan di ketinggian sekitar tujuh meter agar memperoleh suara yang baik. Meski menyukai memelihara ayam bekisar, Ismanu mengaku cukup repot dalam mengikuti lomba di berbagai tempat karena harus membawa ayam yang perlu perhatian ekstra dan biaya perjalanan yang tidak kecil. hir
Untuk Hobi atau Lomba?
Hobi memelihara ayam bekisar telah membuka peluang usaha yang cukup menarik. M Soleh adalah salah satunya yang memanfaatkan peluang ini. Ia mendatangkan bibit ayam bekisar dari Madiun, Jawa Timur.
Pria yang tinggal di kawasan Kranggan Ujung Aspal, Pondok Gede, Jakarta Timur, ini menjual sekitar 30 ekor ayam bekisar untuk keperluan lomba, atau sekedar hobi. Untuk lomba biasanya bekisar yang berusia satu hingga dua tahun dengan harga mulai dari Rp 900 ribu per ekor. Ayam yang siap lomba bisa mencapai Rp 25 juta per ekor. Sedangkan ayam bekisar untuk hobi harganya relatif murah, berkisar Rp 500 ribu per ekor.
Menurut Sholeh, makanan ayam bekisar ini cukup beragam karena bergantung pada selera ayam tersebut. Umumnya makanan itu berupa pur, jangkrik, beras merah, dan jagung. Perawatan bulu bisa dilakukan dengan menyemprot air ke tubuhnya, memberikan vitamin, dan memberikan minuman air matang.
Orang yang memahami bagaimana memelihara ayam bekisar biasanya membeli ketika ayam masih berusia sekitar dua bulan karena selain lebih murah, mereka bisa membesarkan sendiri. ''Biasanya kalau ada yang membeli selalu saya tanya untuk lomba atau hobi. Tapi, kebanyakan mereka membeli untuk hobi.''
Hal serupa juga diakui Ismanu, seorang penggemar bekisar, yang menilai makin bagus ayamnya makin susah dicari jenis makanannya. Sebab, itu berarti perlu perawatan ekstra. Selain makanan, kesehatan fisik ayam juga diperhatikan. ''Dia harus mandi dua kali sehari. Kuku, mata, bulu harus selalu bersih. Kalau ada bulu yang rontok satu saja itu sudah mengurangi nilai,'' ungkap Ismanu.
Agar bulu terlihat bagus, ia menyarankan ayam sebaiknya diberikan minyak ikan seminggu sekali. Untuk seni suara sebaiknya tidak diberi minyak ikan karena bisa merusak pita suaranya. hir
Mencari Usaha yang CocokBapak Pengasuh Yth.,Saya karyawan sebuah perusahaan swasta. Menurut saya, saya adalah orang yang terampil dan kreatif. Saat ini saya memang serba kekurangan, dan ingin bebas dari itu semua. Selama ini saya baru membina keluarga tetapi juga sedang menyelesaikan skripsi saya yang tertunda, jadi membutuhkan biaya juga. Pertanyaan saya, bagaimana menghadapi dan menyelesaikannya, usaha apa yang cocok untuk mencukupi biaya tersebut, karena saya memiliki keahlian komputer serta pemrogramannya.Agung Setyo BudiSemarangPertanyaan senada juga datang dari Aan di Bandung dan Y Dimyati di PurwakartaJawabSaya sengaja menjawab tiga e-mail yang datang dari Pak Agung, Pak Aan, dan Pak Dimyati, karena memiliki persamaan persoalan yang dihadapi. Yaitu bagaimana mencari usaha yang cocok. Banyak orang memiliki bisnis sendiri, mulai merangkak dari kecil, kemudian berjalan dengan baik, bahkan membesar. Lalu kita sering menyebutnya bahwa mereka berhasil dan memilih usaha yang tepat alias cocok. Nah, jadi mari kita rumuskan sama-sama apa itu usaha yang cocok. Yang disebut usaha tersebut cocok adalah usaha yang mampu berjalan dengan baik dan mampu bertahan dan berkembang. Dan, setidaknya mampu menyelesaikan persoalan tentang biaya hidup dan sumber pendapatan, seperti yang ditanya Pak Agung.Secara umum, pengusaha yang berhasil adalah orang yang paham betul dengan bisnisnya. Artinya, pengetahuan tentang usaha yang akan kita terjuni merupakan salah satu faktor utama dalam kesuksesan berusaha. Karena itu, banyak sumber ide bisnis berawal dari lingkungan dekat dengan kita. Pekerjaan dimana kita bekerja sekarang juga menjadi salah satu bidang bisnis yang dapat diterjuni. Salah satu rekan saya membuka sebuah perusahaan advertising sendiri, setelah sebelumnya bekerja di salah satu perusahaan advertising ternama. Ada juga yang menjadi pemasok barang-barang cetakan ke kantornya yang lama, dengan membuka usaha percetakan sendiri setelah melihat peluang yang ada. Pengetahuan tadi tentu juga diiringi dengan ketrampilan yang cukup dalam menguasai usaha itu. Pak Agung misalnya, memiliki skill di bidang komputer dan pemrogramannya akan sangat membantu apabila membuka usaha di bidang ini. Hobi juga menjadi sumber ide. Ada seseorang yang hobi beternak ayam bekisar kini memiliki usaha jual beli ayam bekisar yang ternyata harganya bisa sangat mahal. Juga seorang rekan di Sawangan-Bogor yang karena kesenangannya memancing di kolam belakang rumahnya, kini ia membuka usaha pemancingan ikan yang tiap minggu tak pernah sepi dari kunjungan pemancing lainnya.Bagaimana dengan modal? Modal bukan hal utama. Yang penting buat Anda adalah keberanian untuk memulainya. Tak usah berkecil hati jika usaha Anda dimulai dari kecil dengan modal yang sedikit. Toh, bila bersungguh-sungguh lama-lama usaha kita juga membesar. Coba perhatikan berapa banyak orang yang dulu mendorong-dorong gerobak baksonya sendirian, kini menjadi pengusaha yang memiliki puluhan gerobak bakso dan pegawainya. Juga yang dulu sebagai pengecer koran atau teh botol/minuman ringan kini menjadi agennya. Bagimana dengan risiko? Ya, membangun usaha bukannya tanpa risiko. Mungkin ada sebagian orang berkata bahwa 'membangun usaha sendiri sama dengan berjudi.' Itu salah besar. Seorang entrepreneur bukanlah seorang penjudi (gambler). Ia telah menghitung betul risikonya. Setidaknya ia meminimalisasi risikonya. Karena itu, pengetahuan tentang bisnis, ketrampilan yang dimiliki, dan perencanaan bisnis yang matang menjadi tahapan awal dalam memulai bisnis.Sekali lagi, dengan banyak membaca buku, menyerap informasi dari sumber mana saja, seperti koran, televisi, majalah dan sebagainya, membuka mata dan telinga, maka kita dapat menangkap peluang bisnis sekecil apapun dan bahkan dengan modal terbatas. Untuk itu sifat kreatif, inovatif, pantang menyerah, dan kerja keras hendaknya menjadi karakter Anda. Terakhir, jangan pernah menyerah dengan kondisi yang ada sekarang, jangan pernah putus harapan pada Allah. Pak Agung, Pak Aan dan Pak Dimyati, semoga penjelasan ini dapat memberikan dorongan semangat dan bermanfaat untuk Anda sekalian.* Kiriman pertanyaan harus disertai dlamat lengkap. Terima kasih. (Redaksi) (konsultan) TITIAN consulting + learning e-mail : probis2002@republika.co.id, faksimile: 021-7983623alamat surat: Ayo Berwirausaha, Suplemen Probis, HU Republika Jl Warung Buncit Raya No 37, Jakarta 12510 ( Ir Sri Bramantoro Abdinagoro, MM )

Sabtu, 02 Februari 2008

Mencari Bibit Ayam Petarung



JAKAR
TA – Ayam Bangkok amat terkenal di kalangan pehobi ayam petarung di Indonesia. Ayam yang berasal dari Thailand itu diakui punya kualitas yang bagus sebagai jagoan di arena. Jadi, jangan heran bila di pasaran ada banyak ayam bangkok yang dijual. Soal kualitas pun beragam, dari yang bermutu impor sampai hasil silangan lokal. Lantas bagaimana cara memilihnya?

Menurut Iwan Tanjung, peternak k
awakan, ciri-ciri umum ayam bangkok dapat dilihat dari batok kepala dan tulang alis yang tebal, kepala berbentuk buah pinang, bulu mengilap dan kaku, kaki bersisik kasar, saat berdiri sikap badannya tegak, mata masuk ke dalam, pukulan keras dan akurat serta pandai memukul bagian vital lawan.
Iwan juga mengingatkan untuk berhati-hati waktu memilih ayam bangkok yang akan dijadikan jagoan. Jangan sampai Anda merasa kecewa lantaran ayam yang ditawarkan tak sesuai dengan harapan. Sebab saat ini ayam bangkok yang beredar di pasaran cukup banyak jenisnya. Ada yang beneran impor, anakan impor, dan ada pula yang lokal.
“Kualitas ayam bangkok impor biasanya 80% lebih unggul dibanding lokal. Itu bisa dilihat dari gaya bertarung, daya tahan tubuh, maupun kekuatan pukulannya,” jelas Iwan yang sudah hobi menyabung ayam sejak dari tanah kelahirannya, Tanjung Morawa, Sumatera Utara. Faktor-faktor krusial yang amat berpengaruh pada mutu ayam bangkok impor: kualitas bibit (genetik), perawatan yang tepat sejak usia dini, dan pemberian vitamin secara teratur.
Dr. Nisit Tangtrakarnpong dalam tulisannya pada Bangkok Post edisi Maret 2001 menyebutkan kriteria dan sosok ayam bangkok yang ideal untuk dijadikan ayam petarung. Ayam ini harus punya fisik yang kuat, mental bertanding yang baik dan berasal dari keturunan juara. Salah satu keturunan ayam bangkok berkualitas di Thailand berasal dari Kerajaan Ayutthaya. Raja Naresuan yang memerintah kerajaan itu punya kegemaran mengadu ayam.
“Seekor ayam aduan bisa mulai diadu jika umurnya sudah delapan bulan. Atau paling nggak sudah dapat latihan tarung sebanyak 2 sampai 3 kali dengan ayam yang sudah berpengalaman,” sebut Iwan, peternak kelahiran 15 November 1961. Tiap kali latihan dibutuhkan waktu bertahap dari 1 x 10-15 menit sampai 2 x 45 menit. Sebetulnya umur terbaik sebagai ayam petarung adalah 1,5 tahun atau setelah ayam mengalami rontok bulu pertama (mabung).

Sejarah Ayam Bangkok
Ayam bangkok pertama kali dikenal di Cina pada 1400 SM. Ayam jenis ini selalu dikaitkan dengan kegiatan sabung ayam (adu ayam). Lama-kelamaan kegiatan sabung ayam makin meluas pada pencarian bibit-bibit petarung yang andal. Pada masa itu, bangsa Cina berhasil mengawinsilangkan ayam kampung mereka dengan beragam jenis ayam jago dari India, Vietnam, Myanmar, Thailand dan Laos. Para pencari bibit itu berusaha mendapat ayam yang sanggup meng-KO lawan cuma dengan satu kali tendangan.
Menurut catatan, sekitar seabad lalu, orang-orang Thailand berhasil menemukan jagoan baru yang disebut king’s chicken. Ayam ini punya gerakan cepat, pukulan yang mematikan dan saat bertarung otaknya jalan. Para penyabung ayam dari Cina menyebut ayam ini: leung hang qhao. Kalau di negeri sendiri, ia dikenal sebagai ayam bangkok.
Asal tahu saja, jagoan baru itu sukses menumbangkan hampir semua ayam domestik di Cina. Inilah yang mendorong orang-orang di Cina menjelajahi hutan hanya untuk mencari ayam asli yang akan disilangkan dengan ayam bangkok tadi. Harapannya, ayam silangan ini sanggup menumbangkan keperkasaan jago dari Thailand itu.
Konon, pada era enam puluhan di Laos nongol sebuah strain baru ayam aduan yang sanggup menyaingi kedigdayaan ayam bangkok. Namun setelah terjadi kawin silang yang terus-menerus maka nyaris tak diketahui lagi perbedaan antara ayam aduan dari Laos dengan ayam bangkok dari Thailand.
Di Thailand dan Laos, ada beberapa nama penyabung patut dicatat, seperti Vaj Kub, Xiong Cha Is dan kolonel Ly Xab. Pada 1975, ayam bangkok milik Vaj Kub sempat merajai Nampang, arena adu ayam yang cukup bergengsi di negeri PM Thaksin Sinawatra itu. Ayam yang bernama Bay itu merupakan salah satu hasil tangan dingin Vaj Kub dalam melatih dan mencari bibit ayam aduan yang handal.
Kedigdayaan ayam-ayam hasil ternakan Vaj Kub berhasil disaingi rekan sejawatnya dari kota Socra, Malaysia. Mereka dari negeri jiran itu mampu menelurkan parent stock atau indukan unggul. Hanya saja, pada generasi berikutn ya, Mr. Thao Chai dari Thailand berhasil menumbangkan dominasi peternak dari Malaysia. Mr. Thao memberi nama jagoan baru itu, Diamond atau Van Phet.
Menurut Iwan, Thailand memang tak perlu diragukan lagi sebagai negara penghasil ayam bangkok unggul. Malahan sektor ini sudah diakui sebagai penambah devisa negeri gajah putih tersebut. Dari Thailand bisnis ayam aduan ini tak hanya merambah kawasan Asia Tenggara saja, namun meluas ke Meksiko, Inggris dan Amerika Serikat.
Ada kebiasaan yang berbeda antara sabung ayam di Thailand dan negara kita. Di Thailand, ayam yang bertarung tak diperbolehkan memakai taji atau jalu. Alhasil, ayam yang diadu itu jarang ada yang sampai mati. Kebalikannya di Indonesia, ayam aduan itu justru dibekali taji yang tajam. Taji justru menjadi senjata pembunuh lawan di arena.
Di Indonesia, hobi mengadu ayam sudah lama dikenal, kira-kira sejak dari zaman Kerajaan Majapahit. Kita juga mengenal beberapa cerita rakyat yang melegenda soal adu ayam ini, seperti cerita Ciung Wanara, Kamandaka dan Cindelaras. Cerita rakyat itu berkaitan erat dengan kisah sejarah dan petuah yang disampaikan secara turun-temurun.
Kota Tuban, Jawa Timur diyakini sebagai kota yang berperan dalam perkembangan ayam aduan. Di sini, ayam bangkok pertama kali diperkenalkan di negara kita. Tak ada keterangan yang bisa menyebutkan perihal siapa yang pertama kali mengintroduksi ayam bangkok dari Thailand.
Sebetulnya, jenis ayam aduan dari dalam negeri (lokal) tak kalah beragam, seperti ayam wareng (Madura) dan ayam kinantan (Sumatra). Namun ayam-ayam itu belum mampu untuk menyaingi kedigdayaan ayam bangkok.
(SH/bayu dwi mardana)